Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bandoengsche Melk Centrale


Bandoengsche Melk Centrale Bag.1....!!! | http://arsip-bsc.blogspot.com/

"Vergeer U Nie, dar er geheel Nederlandsch Oost-Indie sclchst een Melk central is, en dat is de Bandoengsche Melkcentrale " yang artinya "Anda jangan lupa bahwa seluruh Hindia Belanda ini hanya ada satu pusat Pengolahan Susu dan itu adalah Bandoengsche Melk Centrale" ungkapan yang diucapkan oleh direktur BMC pada saat itu.

Dengan manajemen modern dan peralatan pabrik pengolahan susu berteknologi tinggi di zamannya, BMC adalah satu-satunya pengolah susu Hindia Belanda yang telah menggunakan sistem pasteurisasi. Demikian terkenalnya BMC, direktur pada masa itu pernah sesumbar bahwa di seantero Nusantara ini cuma ada satu Pusat Pengolahan Susu dan itu adalah Bandoengsche Melk Centrale.

Louis Hirschland dan van Zijl, adalah orang-orang yang paling berjasa pada saat pendirian BMC. Gedung BMC didirikan diatas lahan milik mereka berdua, yang berlokasi di Kebon Sirihweg No. 58 [Sekarang Jalan Aceh No. 30], Bandung, Jabar.

Louis Hirschland dan van Zijl adalah pemilik peternakan sapi perah Generaal de wet Hoeve di Cisarua. Peternakan inilah yang pertama kali mendatangkan sapi perah unggul jenis Friesian Holstein dari Friesland, sebuah provinsi di utara Belanda, ke Nusantara pada awal abad ke-20.

Peletakan batu pertama pembangunan gedung BMC dilakukan pada tahun 1928 dan selesai pada tahun 1929. Namun akte lahannya baru dibuat pada tahun 1932, yaitu akte persil tanah nomor 1713 dan 1714 berdasarkan hasil pengukuran tanah yang dilakukan dan disahkan pada tanggal 18 Juni 1932.

Pemilihan lokasi di Kebon Sirihweg No. 58 karena lokasinya sangat strategis. Kebon Sirihweg bermuara di dua jalan utama, yaitu Logeweg (Jln. Wastukencana) dan Tjitjendoweg (Jln. Cicendo), sehingga memudahkan pengangkutan susu segar dari peternakan ke BMC serta pengantaran hasil susu olahan kepada para pelanggan yang bermukim di kawasan Bandung utara dan selatan. 

Pertimbangan selanjutnya adalah tepat dalam hal distribusi hasil olahan susu dari BMC ke lapangan terbang Andir dan stasiun kereta api, karena jaraknya cukup dekat.

Tidak hanya faktor lokasi, Louis Hirschland dan van Zijl juga sangat memperhatikan estetika dari gedung BMC. Bentuk arsitektur bangunan mengambil gaya Art Deco, dengan tipologi mirip bioskop yang memanjang kebelakang. Bagian depan difungsikan sebagai kedai susu, sedangkan bagian pengolahan dan kantor administrasi di belakangnya.

Setelah proses pembangunan selesai, BMC kemudian dioperasikan oleh orang-orang Belanda yang merupakan pelarian dari Perang Boer yang saat itu bermukim di Bandung serta usaha peternakan sapi perah. 

Pada tahun 1938, BMC mengolah susu sapi segar dari 22 usaha pemerahan susu (Boerderij) yang terkenal di wilayah Bandung dan sekitarnya. 

Bahkan, pada jaman sebelum perang Kemerdekaan, B.M.C menampung seluruh produksi susu di Jawa Barat yang jumlahnya mencapai 13.000 liter perhari. Susu sapi segar tersebut kemudian diolah menjadi minuman susu, es krim, susu, coklat (chocomelk), mentega, keju dan cream untuk kosmetika.

Bagaimana Bandung sampai mendapat sebutan "Friesland in Indiƫ" (Friesland di Hindia)...????


Mengenal BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Bag.2 .... !!!  [Tammat] |  http://arsip-bsc.blogspot.com/



Walaupun sejarah pendirian BMC tidak dapat diketahui dengan pasti, tidak demikian halnya dengan sejarah peternakan sapi yang berada di wilayah Priangan [Bandung]. 

Hingga saat ini tidak ada satupun catatan mengenai hal tersebut. 

Konon, pada tahun 1906, ketika Pemerintah Hindia Belanda memasukkan ternak sapi pedaging dari India (jenis ongole) untuk ditempatkan di Sumba, Nusa Tenggara Timur, ada sebagian ternak sapi perah yang turut dibawa juga, dan dikirim ke wilayah Bandung.

Teori ini bertentangan dengan catatan sejarah lainnya.  Kereta Pos yang melewati jalur Cirebon - Bandung - Bogor - Batavia di awal abad 20, tercatat telah menghidangkan susu sapi segar kepada para penumpangnya. 

Bahkan jauh sebelumnya, berdasarkan catatan Heer Medici yang pada tahun 1786 dengan rombongan berkuda melancong dari Batavia ke "Negorij Bandoeng", pada saat bersantai di Cianjur sudah disuguhi susu sapi yang berasal dari Bandung.

Peternakan sapi "Generaal de Wet Hoeve" milik Louis Hirschland dan van Zijl yang merupakan pendiri BMC pun, telah ada sejak akhir abad 19. Tidak hanya itu, pada kurun waktu yang sama, di Lembang juga terdapat peternakan sapi dengan nama Lembangsche Melkerij "Ursone" , yang didirikan oleh tiga dari empat bersaudara Ursone pada tahun 1895.

Uniknya, Ursone bersaudara berita orang Belanda, melainkan warganegara Italia yang hijrah ke Bandung.  Selain untuk usaha ternak sapi perah, keluarga ini terkenal juga sebagai pemain musik gesek ulung di kota Bandung baheula.

Dengan modal awal hanya 30 ekor sapi dengan hasil 100 botol per hari.  Pada tahun 1940, jumlah ternak sapinya telah berkembang menjadi 250 ekor sapi dengan produksi susu perhari.

Tidak hanya di Lembang, di Pangalengan, tepatnya di sekitar danau Cileunca, ada orang-rang asal Eropa yang memiliki peternakan sapi perah dengan jumlah hingga ratusan ekor.  Begitu banyaknya sapi perah di daerah ini hingga majalah Mooi Bandoeng sering menyebut wilayah Pangalengan sebagai "Friesland in IndiĆ«" (Friesland di Hindia).

Setelah Indonesia merdeka, pada 17 Agustus 1957 turunlah aturan mengenai nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda.  Maka pengelolaan BMC diambil alih oleh pemerintah Indoneisa dan dikelola oleh Komando Daerah Militer (Kodam) III Siliwangi. 

Lalu dua tahun diserahkan pada Departemen Peternakan.  Dan pada tahun 1965 pengelolaan BMC kepada Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat dengan nama: "Perusahaan Daerah Kerta Sari Mamin".

Akibat modal kerja yang minim dan peralatan produksi yang rusak, BMC sempat mati suri selama kurang lebih 20 tahun sejak 1950-an. 

Akhirnya pada 17 Juni 2002, singkatan dari BMC dipakai merek dagang Divisi Industri Makanan dan Minuman PT.  Agronesia hingga mulai menggeliat bangkit kembali menjadi produsen susu serta bahan olahan berbasis susu. 

Kini BMC berkembang dengan menyajikan berbagai makanan mulai dari makanan khas Sunda, nasional, dan internasional.  Didalam restoran ini pun terpampang foto-foto kota Bandung serta bangunan BMC tempo dulu.  Bahkan banyak Oma Opa orang Belanda yang datang bernostalgia mengenang masa indah mereka pada masa Hindia Belanda. 

Perkembangan nama BMC (Bandoengsche Melk Centrale):

1928: Bandoengsche Melk Centrale
1942-1945: Koperasi Soesoe Bandoeng
1945: Bandoengsche Melk Centrale
1965: Pusat susu Bandung (PSB)
2002-sekarang: Bandoengsche Melk Centrale


Posting Komentar untuk "Bandoengsche Melk Centrale"